Pada pelaksanaan hand hygiene , mencuci tangan terkadang tidak dapat dilakukan karena kondisi atau karena keterbatasan sumber daya. Banyaknya pasien yang kontak dengan petugas dalam satu waktu, atau sulitnya mendapatkan sumber air bersih yang memadai menjadi kendala melaksanakan hand hygiene dengan mencuci tangan. Alasan ini, WHO menyarankan alternatif lain dalam melakukan hand hygiene , yaitu dengan handrub berbasis alkohol. WHO merekomendasikan handrub berbasis alkohol karena beberapa alasan sebagai berikut : Berdasarkan bukti, keuntungan intrinsik dari reaksinya yang cepat, efektif terhadap aktivitas mikroba spektrum luas dengan resiko minimal terhadap resistensi mikrobakterial Cocok untuk digunakan pada area atau fasilitas kesehatan dengan akses dan dukungan sumberdaya yang terbatas dalam hal fasilitas hand hygiene (termasuk air bersih, tissue, handuk, dan sebagainya) Kemampuan promotif yang lebih besar dalam mendukung upaya hand hygiene karena prosesnya yang cepat
Ilustrasi / photo : alana.io Suatu ketika, saya satu bus dengan seorang tokoh, ia ninik mamak disegani. Saya tidak ingat namanya, tapi saya tau betul siapa dia. Saya panggil "Mamak" pada beliau. Mamak dimaksud pernah menjadi anggota dewan terhormat semasa orde baru di salah satu kabupaten di propinsi Sumatera Barat. Di atas bus, penumpang hanya ada 2 orang, berselang beberapa km, naiklah mamak, dengan tujuan ke pasar tradisional. Inilah awal pertemuan masa itu, dan yang akan saya ceritakan. Baiklah ! Di atas bus, saya sapa mamak, serta menanyakan mau kemana. Hingga akhirnya, kami bercerita banyak. Namun, satu hal yang membuat saya terkesan dengan cerita beliau terkait regenerasi. "Ibarat memanen sebatang ubi, di saat memetik hasil, keluar bongkahan ubi bercabang dan berat. Hasilnya bisa dimakan atau dijual di pasar. Orang yang berhasil panen, boleh dibilang sukses. Ia bisa menanam, menjaga, merawat hingga memetik hasil. Tapi, orang tersebut belum bi