Medianers ~ Dewasa ini persaingan hidup semakin ketat. Hanya "pemain lama" dan orang-orang kreatif serta inovatif sajalah bisa "survive" bahkan bisa menambah pundi-pundi kesuksesan. Sementara bagi orang pengeluh, dan pecundang akan tertinggal, bahkan separuh mati terhimpit derasnya tekanan ekonomi.
Demikian pula dirasakan oleh segenap Perawat di tanah air. Persaingan di dunia kerja semakin ketat, ijazah saja tidak menjamin akan diterima kerja. Perawat wajib lulus uji kompetensi dan harus pula memiliki STR. Persyaratan demikian terbilang rumit mendapatkan bagi mahasiswa Perawat baru tamat. Karena sistim pengurusan dan pelaksanaan belum terkelola dengan baik.
Sentimen negatif pun bermunculan dikalangan sejawat Perawat, serta mengkampanyekan tolak uji kompetensi dan STR. Sedangkan syarat itu telah diatur oleh Undang-Umdang dan Peraturan Mentri Kesehatan, sebagai bentuk tameng menangkis tenaga kesehatan tidak kompeten versi penguji.
Meskipun telah lulus uji kompetensi dan mendapatkan STR, Perawat dihadapkan pula oleh masalah baru yakni masih digaji murah dalam negri, bahkan gaji Perawat baru tamat bisa dihargai kurang dari gaji kuli.
Keluhan himpitan ekonomi dan tidak terserapnya seluruh lulusan sarjana atau profesional tidak saja dirasakan oleh profesi Perawat. Jurusan lain pun merasakan hal serupa. Karena lahan pekerjaan semakin rumit, sementara pelamar membludak dan pertumbuhan penduduk terus bertambah.
Dengan jumlah 255 juta jiwa, menghantarkan negara tercinta ini di posisi 4 jumlah penduduk terbanyak dunia. Bila dilirik, jumlah penduduk nan banyak itu sebagai ancaman, tentunya Indonesia akan selalu jadi negara berkembang. Tapi, bila jumlah banyak itu dianggap sebagai peluang, maka Indonesia adalah potensi pasar menggiurkan bagi yang bisa memanfaatkan.
Bila Perawat menyadari hal demikian. Bukan berarti lari dari profesi, tapi sedang memperjuangkan "periuk nasi". Setelah merasakan nikmatnya penghasilan dari berbisnis. Mungkin, tamatan sekolah Keperawatan akan enggan bekerja di pelayanan kesehatan dengan gaji kecil.
Potensi ekonomi itu, ditunjang pula oleh terbukanya kran akses teknologi informasi. Data kominfo menuliskan, bahwa dari 255 juta penduduk Indonesia, sebanyak 63 juta orang pengguna internet aktif. Sekitar 95 persen dari angka 63 juta, merupakan pengguna media sosial. Maknanya, rakyat Indonesia pecandu media sosial yang bisa dimanfaatkan kapan saja.
Apakah mudah mencari uang di media sosial ? Tidak mudah, tapi juga tidak sulit. Terpenting tau kiatnya. Akses ke media sosial adalah potensi pasar menggiurkan, dan peluang ekonomi. Lantas, bagaimana cara memanfaatkan peluang ekonomi dimaksud?
Coba anda pikir, apa untungnya pemilik go-jek membuat aplikasi? Penumpang go-jek tidak pernah bayar ke yang membuat aplikasi, termasuk driver go-jek tidak stor kepada pemilik aplikasi, malahan driver dapat bonus dari pembuat aplikasi.
Apa pula untungnya Mark Zuckenberg membuat facebook? Serta apa pula faedahnya bagi pembuat tutorial, berita, artikel dan lain-lain di blog atau situsnya? Atau apa keuntungan mengupload video di youtube?
Tentunya, mereka akan diuntungkan secara materi melalui program periklanan. Keuntungan ini juga bisa dimanfaatkan oleh pengguna. Bila anda berniat memanfaatkan peluang itu sebagai lahan kerja. Percayalah, anda akan menolak bekerja di klinik atau di rumah sakit dengan upah murah.
Melalui android sekalipun, anda bisa berjualan di media sosial. Bisa mengendalikan toko online. Bila mengaku tidak punya modal. Banyak situs yang menyediakan barang untuk anda jual, tanpa setor uang atau tanpa dibeli dulu. Tugas anda hanya promosi dan mencari calon pembeli, bila "deal" terjadi transaksi, maka situs tersebut (dropship) yang akan mengirim ke alamat pembeli, sementara rekening anda akan bertambah melalui persentase keuntungan jualan.
Anda tidak bisa melobi, tidak berbakat jadi pemasar, maka cukup rekam kejadian unik sekeliling anda, lalu upload di youtube. Lakukan secara konsisten, ongkang-ongkang kaki sambil ngopi, dollar akan terus mengalir di akun anda.
Terus, saya tidak punya kamera, laptop dan android, maka silahkan ke warnet jelang anda dapat beli laptop dari penghasilan internet, masukan kata kunci di browser mesin pencari "cara membuat aplikasi sederhana online" setelah anda paham, lalu ketikan lagi, "cara dapatkan uang dari aplikasi" maka banyak tutorial yang akan membantu anda untuk mewujudkannya.
Misal, "Saya punya ketertarikan menulis saja." Nah, peluang lagi, silahkan daftar di blogger, buat tulisan terus-menerus, fokus dan konsisten, lalu daftarkan url situs anda ke google adsense, bila di approve maka dollar akan terus mengalir ke saku anda, dan masih ada lagi program "review produk" dan program periklanan lainnya yang bikin anda selalu semangat.
Terakhir, jangan mengaku tidak bisa, tidak bakat, dan lain-lain sebelum dicoba. Dan, paling penting jangan mengeluh dengan keadaaan. Semua yang anda butuhkan sudah ada penjelasan di internet, tinggal praktek dan kemauan "trial and error" jangan menyerah.
Peluang ekonomi itu tinggal bagaimana anda memanfaatkan luasnya samudera internet. Sambil jalan anda juga bisa mencari tambahan bekerja secara offline, dengan membuka praktik perawatan luka, klinik herbal, atau bekerja di klinik dengan gaji rendah dan lain-lain, atau mengajak konveksi konvensional bekerja sama. Ia memproduksi, dan anda pemasar di internet melalui toko online.
Saya menuliskan ini bukan sebagai motivator atau calon motivator yang bisa menginspirasi banyak orang. Tapi hanya sebagai bentuk ide menjawab keprihatinan terhadap terlalu banyak Perawat di grup-grup media sosial yang mengeluh. Bila anda, ingin sukses, segera praktek, hentikan mengeluh. Ingin bertanya lebih lanjut mengenai topik ini, saya siap berbagi. Silahkan tanya di kotak komentar atau hubungi saya melalui chat di fanpages fb medianers. Sekian.(AntonWijaya)
Comments
Post a Comment